MAKASSAR, Wartakompas.com - Kejadian tragis seorang santri yang tewas diduga akibat penganiayaan oleh seniornya di sebuah pondok pesantren di Makassar, Sulawesi Selatan, telah menggemparkan publik. Korban yang merupakan santri dari pondok pesantren Tahfidzul Quran Al-Imam Ashim, dikabarkan mengalami kekerasan yang mengakibatkan masuknya korban ke rumah sakit dengan kondisi serius. Informasi ini tersebar luas melalui berbagai platform media sosial, menciptakan kehebohan di masyarakat. Dilansir Kilat.com dari akun X @riansazyn pada Minggu, 17 Maret 2024, sebuah foto korban tengah menjalani perawatan intensif di rumah sakit Grestelina Makassar dipublikasikan. Menurut keterangan dari akun tersebut, pihak pesantren diduga berusaha menutup-nutupi kasus tersebut, karena ayah dari tersangka pelaku dikabarkan merupakan anggota kepolisian. "Pihak pesantren menutupi kasus tersebut lantaran ayah pelaku seorang polisi. Korban meninggal dunia pada tanggal 20 Februari 2024 setelah dianiaya," demikian cuitannya. Selain itu, akun tersebut juga menyertakan keterangan dari seorang saksi anonim melalui pesan singkat yang menyatakan bahwa korban tidak hanya satu orang. "Dan bukan cuman ada satu korban di pesantren itu," ujar saksi tersebut. Dari informasi yang diperoleh dari akun tersebut, korban dikabarkan meninggal karena pembuluh darah pecah dan mengalami luka parah di kepala akibat dipukul. Santri yang berusia 14 tahun itu dikabarkan mulai menerima perawatan sejak 15 Februari 2024, dan pada 20 Februari 2024, dia dinyatakan meninggal dunia. Dugaan penganiayaan oleh tersangka pelaku yang masih berusia 15 tahun ini konon dipicu oleh ketukan korban pada jendela perpustakaan. Saat ini, tersangka telah memiliki status tersangka dalam kasus tersebut.